Kegagalan
vaksinasi, suatu hal yang mungkin pernah kita alami dan jika belum
pernah maka sudah selayaknya kita bersyukur dan berdoa jangan sampai
terjadi. Kerapkali saat terjadi kegagalan vaksinasi kita langsung
mempertanyakan bahkan beranggapan bahwa biang keladinya ialah kualitas
vaksin yang kurang baik.
Perlu
menjadi pemahaman kita bersama, keberhasilan vaksinasi bukan hanya
ditentukan dari kualitas produk yang kita gunakan, melainkan ada
beberapa faktor yang turut ambil bagian dalam hal itu, diantaranya :
- Tata laksana vaksinasi yang meliputi cara penanganan dan penyimpanan vaksin, persiapan vaksin dan peralatan sebelum vaksinasi maupun ketepatan teknik vaksinasinya
- Program vaksinasi yang diterapkan, termasuk jadwal pelaksanaan vaksinasinya
- Status atau kondisi kesehatan axam
- Penerapan program pendukung, seperti tata laksana pemeliharaan yang baik dan biosecurity yang ketat
Telusuri Kegagalan Vaksinasi
Terjadinya kegagalan vaksinasi yang ditunjukkan dari adanya outbreak
penyakit perlu kita analisis secara lebih cermat dengan tetap
mengedepankan objektivitas. Dengan demikian diharapkan hasil analisis
tersebut akan sangat membantu dan bisa menjadi pedoman pada periode
berikutnya. Skema 1 menunjukkan cara untuk melakukan penelusuran faktor
penyebab kegagalan vaksinasi.
- Outbreak di < 7 hari post vaksinasi
Munculnya penyakit yang terjadi pada 1-7 hari post
vaksinasi kemungkinan besar bukan disebabkan kualitas vaksinnya. Dan
bukanlah kandungan mikroorganisme dalam vaksinnya yang menjadi penyebab
terjadinya outbreak tersebut.
Pada < 7 hari post
vaksinasi titer antibodi belum terbentuk secara optimal atau mencapai
standar protektif sehingga saat ada infeksi atau serangan bibit penyakit
maka ayam belum memiliki sistem pertahanan yang kuat, akhirnya ayam
sakit. Atau ada kemungkinan juga saat pelaksanaan vaksinasi di dalam
tubuh ayam baru atau telah berlangsung masa inkubasi, yaitu masa dimana
awal bibit penyakit menginfeksi sampai menimbulkan gejala klinis. Oleh
karenanya saat vaksinasi ayam masih nampak sehat namun selang beberapa
hari ayam menunjukkan gejala klinis atau sakit.
Vaksin,
baik aktif maupun inaktif tidak akan bisa menyebabkan ayam sakit.
Alasannya ialah kandungan mikroorganisme dalam vaksin telah melalui
berbagai macam proses untuk menurunkan atau menghilangkan keganasan
virus namun tetap memiliki kemampuan untuk menstimulasi pembentukan
titer antibodi. Vaksin aktif misalnya, kandungan mikroorganisme
vaksinnya telah dilemahkan sehingga tidak akan menyebabkan serangan
penyakit.

Uji
keamanan menjadi salah satu bagian dari proses QC vaksin dimana ayam
divaksin dengan dosis yang berlipat dari dosis normalnya
Setiap produk vaksin Medion (Medivac) telah melalui tahapan quality control
(QC) salah satunya uji keamanan. Uji keamanan ini dilakukan pada ayam
percobaan dengan cara memvaksin memakai dosis berlipat dan vaksin
dinyatakan lulus jika ayam tersebut tidak menunjukkan gejala klinis.
Contohnya vaksin ND aktif, saat uji keamanan dosisnya dinaikkan menjadi
10x dari dosis normal dan untuk vaksin Gumboro aktif dosisnya menjadi 5x
dosis normal. Uji keamanan pada vaksin inaktif dilakukan melalui
pemberian 1 dosis secara suntikan intramuskuler sekaligus 1 dosis secara
suntikan subkutan. Selain itu juga dilakukan uji inaktivasi dimana
dalam produk vaksin inaktif tidak boleh terdapat mikroorganisme yang
hidup. Proses QC Medivac lainnya ialah
uji fisik, kandungan virus, sterilitas, kemurnian dan potensi. Melalui
berbagai tahapan proses QC tersebut diharapkan Medivac tetap dan selalu berkualitas serta tidak akan menyebabkan ayam sakit.
- Outbreak di > 7 hari post vaksinasi
Saat serangan atau outbreak
penyakit terjadi setelah 7 hari vaksinasi maka setidaknya kita perlu
melakukan evaluasi terhadap teknik vaksinasi yang dilakukan, penyakit
yang menyerang, program vaksinasi, titer antibodi maupun kualitas produk
(vaksinnya).
- Teknik vaksinasi
Sebaik
apa pun kualitas vaksin jika teknik aplikasi atau pemberiannya tidak
baik maka bisa dipastikan efek pembentukkan titer antibodinya tidak akan
optimal. Oleh karena itu setiap tahapan persiapan maupun pelaksanaan
vaksinasi sebaiknya dilakukan secara tepat. Teknik vaksinasi yang kurang
tepat, misalnya dosis vaksin yang tidak seragam akan memicu munculnya
kasus rooling reaction dimana ayam seperti mengalami reaksi post
vaksinasi yang berulang dan titer antibodi yang terbentuk juga tidak
seragam. Secara lengkap teknik vaksinasi ini telah dibahas di Artikel
Utama Info Medion edisi ini.
- Immunosuppressant
Perlu
diamati apakah penyakit yang menyerang hanya 1 jenis (tunggal) ataukah
komplikasi. Bila penyakit komplikasi maka ada kemungkinan salah satu
penyakit tersebut bersifat immunosuppresive yaitu penyakit yang menekan sistem pertahanan tubuh ayam. Serangan penyakit yang bersifat immunosuppressive, seperti Gumboro dan aflatoksikosis bisa mengganggu kerja vaksin dalam menstimulasi pembentukan titer antibodi.
Jika
serangan penyakit hanya tunggal (jenis penyakit sama dengan vaksin yang
diberikan, misalnya serangan ND setelah di vaksin ND) maka kita perlu
melakukan evaluasi terhadap titer antibodi yang terbentuk dan biosecurity-nya.
Selain itu, perlu di cek kembali tentang ketepatan program
vaksinasinya, baik dari waktu atau jadwal vaksinasi maupun cara
pemberian vaksinnya.
Pengecekan
apakah farm lainnya terserang penyakit yang sama juga perlu kita
lakukan. Jika farm lain tidak terserang maka evaluasi cukup dilakukan di
farm kita. Namun apabila farm lain juga terjadi outbreak,
sedangkan farm tersebut memakai vaksin yang sama dengan farm kita, maka
perlu sekiranya kita juga melakukan evaluasi pada strain vaksin yang
digunakan.
- Program vaksinasi
Program
vaksinasi hendaknya disesuaikan dengan umur serangan penyakit. Selain
itu jenis vaksin juga menentukan program vaksinasinya. Secara umum
vaksin aktif selambat-lambatnya diberikan 2-3 minggu sebelum umur
serangan dan vaksin inaktif diberikan 3-4 minggu sebelum umur serangan.
Jika jadwal vaksinasi ini terlambat atau serangan penyakit lebih cepat
maka outbreak bisa terjadi karena titer antibodi di dalam tubuh ayam belum mencapai standar protektif.
Jika jadwal vaksinasi tepat maka sekiranya kita perlu mengevaluasi terhadap tata laksana vaksinasi, meliputi cara handling
vaksin, dosis vaksin dan cara pemberian vaksin. Selain itu perlu
diwaspadai tingginya tantangan bibit penyakit. Hal tersebut bisa
disebabkan penerapan tata laksana pemeliharaan dan biosecurity yang
kurang baik. Oleh karenanya perlu melakukan perbaikan pada tata laksana
pemeliharaan dan biosecurity.
- Kualitas vaksin
Setiap batch Medivac
selalu terdata di Medion dan jika ada komplain produk vaksin kita bisa
dengan mudah melakukan penelusuran. Disinilah pentingnya pencatatan no
bacth dari vaksin yang digunakan. Saat ada kasus outbreak kita bisa melakukan evalusi terhadap produk kita. Jika outbreak
banyak terjadi saat memakai produk itu maka produk itulah yang
bermasalah. Namun jika hanya terjadi beberapa kasus pada batch tersebut
maka kita harus melakukan analisis terhadap tata laksana vaksinasi,
manajemen pemeliharaan dan biosecurity. Teknik penyimpanan dan
penanganan vaksin sebelum digunakan juga perlu kita evaluasi kembali,
diantaranya apakah sebelum digunakan suhu vaksin tetap 2-8oC atau pernahkah vaksin langsung terkena sinar matahari?
Penelusuran
kegagalan vaksinasi harus dilakukan secara objektif dan komprehensif
(menyeluruh) sehingga kita bisa menemukan akar permasalahannya dengan
tidak menyalahkan suatu produk atau personal.
Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).